Kali Gajahwong

09 Maret 2010 · 0 komentar

(Kali Gajahwong)

Alkisah disebutkan, Kerajaan Mataram pernah berpusat di Kotagede, kurang lebih 7 kilo­me­ter arah tenggara kota Yogyakarta. Pada waktu itu Kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Agung yang mempunyai beriburibu prajurit, termasuk pasukan berkuda dan pasukan gajah. Kanjeng sultan juga mempunyai abdi dalemabdi dalem yang setia. Di antara abdi dalem itu terdapat seorang srati, bernama Ki Sapa Wira.Setiap pagi, gajah Sultan yang bernama Kyai Dwipangga itu selalu di­mandi­kan oleh Ki Sapa Wira di sungai di dekat Kraton Mataram. Oleh karena itu, gajah dari Negeri Siam itu selalu menurut dan ter­biasa dengan perlakuan lembut Ki Sa­pa Wira. Pada suatu hari, Ki Sapa Wira sakit bisul di ketiaknya sehingga ia tidak bisa bergerak bebas, apalagi harus beker­ja memandikan gajah. Oleh karena itu, Ki Sapa Wira menyuruh adik iparnya yang bernama Ki Kerti Pejok untuk menggantikan pekerjaannya. Sebenarnya, nama asli Ki Kerti Pejok adalah Kertiyuda. Namun kare­na terkena penyakit polio sejak lahir sehingga kalau berjalan meliuk-liuk pin­cang atau pejok menurut istilah Jawa, maka ia pun dipanggil Kerti Pejok.

“Tolong gantikan aku memandikan Kyai Dwipangga, Kerti”, kata Ki Sapa Wira.

“Baik, Kang”, jawab Ki Kerti. “Tapi ba­gai­mana jika nanti Kyai Dwipangga tidak mau berendam, Kang?” sambungnya.

“Biasanya aku tepuk kaki belakangnya, lalu aku tarik buntutnya”, jawab Ki Sapa Wira.

Pagi itu Ki Kerti sudah berangkat me­­nuju sungai bersama Ki Dwipangga. Ba­dan gajah itu dua kali lipat badan ker­bau, belalainya panjang, dan gadingnya ber­warna putih mengkilat. Ki Kerti Pejok mem­bawakan dua buah kelapa muda un­tuk makanan Ki Dwipangga agar gajah itu patuh kepadanya.

"Nih, ambillah untuk sarapan..." cele­tuk Ki Kerti sambil melemparkan sebuah kelapa muda ke arah Ki Dwipangga.

"Prak..." kelapa itu ditangkap oleh Ki Dwi­­pang­ga dengan belalainya lalu di­banting pada batu besar di pinggir jalan. Dua buah kelapa sudah terbelah, dan Ki Dwipangga memakannya dengan lahap. Belum habis kelapa yang kedua, Ki Kerti sudah menyuruh Ki Dwipangga untuk berdiri dan berjalan lagi. Dipukulnya pantat gajah itu dengan cemeti yang dibawanya.

Setibanya di sungai, Ki Kerti menyu­ruh Ki Dwipangga untuk berendam. Sesaat kemudian, Ki Kerti segera memandikan ga­jah itu. Ia menggosok-gosok tubuh ga­jah tersebut dengan daun kelapa supaya lumpur-lumpur yang melekat cepat hilang. Setelah bersih, gajah itu segera dibawa pulang oleh Ki Kerti menuju kandangnya.

"Kang, gajahnya sudah saya mandi­kan sampai bersih", lapor Ki Kerti kepada Ki Sapa Wira.

"Ya, terima kasih. Aku harap besok pa­gi kamu pergi memandikan Ki Dwi­pang­ga lagi. Setiap hari gajah itu harus dimandikan, apalagi pada saat musim kawin begini", jawab Ki Sapa Wira sambil menghisap ce­rutunya.

Keesokan harinya, pagi-pagi Ki Kerti mendatangi rumah Ki Sapa Wira un­­tuk men­­jemput Ki Dwipangga. Pagi itu langit kelihatan mendung, namun tidak ada tanda-tanda hujan akan turun. Segera Ki Kerti Pe­jok membawa Ki Dwipangga menuju su­ngai. Kali ini Ki Kerti Pejok agak kecewa ka­re­na sungai tempat memandikan gajah tersebut ke­li­hat­an dangkal. Mana mungkin dapat memandi­kan gajah jika untuk berendam pun tidak bisa, pikir Ki Kerti Pejok. Kemudian ia mem­bawa Ki Dwipangga ke arah hilir untuk mencari genangan sungai yang dalam.

"Ah, di sini kelihatannya lebih dalam. Aku akan memandikan Ki Dwipangga di sini saja. Dasar, Kanjeng Sultan orang yang aneh. Sungai sekecil ini kok digunakan un­tuk memandikan gajah", gerutu Ki Kerti Pe­jok sambil terus menggosok punggung Ki Dwipangga. Belum habis Ki Kerti Pejok meng­­gerutu, tiba-tiba banjir bandang da­tang dari arah hulu.

"Hap....Hap...Tulung...Tuluuung...", teriak Ki Kerti Pejok sambil melambai-lambaikan tangannya. Ia hanyut dan teng­gelam bersama Ki Dwipangga hingga ke Laut Selatan. Keduanya pun mati kare­na tidak ada seorang pun yang dapat me­nolongnya.

Untuk mengingat peristiwa tersebut, Sultan Agung menamakan sungai itu Kali Gajah Wong, karena kali itu telah meng­hanyutkan gajah dan wong. Sungai itu terletak di sebelah timur kota Yogyakarta. Konon, tempat Ki Kerti memandikan gajah itu saat ini bersebelahan dengan kebun binatang Gembiraloka.

dari berbagai sumber


Baca Selengkapnya »» »» »» »»

4 Perkara Sebelum Tidur

· 0 komentar

4 PERKARA SEBELUM TIDUR
( Tafsir Haqqi )

Rasulullah berpesan kepada Aisyah ra : “Ya Aisyah jangan engkau tidur sebelum melakukan empat perkara, yaitu :

Sebelum khatam Al Qur’an,
Sebelum membuat para nabi memberimu syafa’at di hari akhir,
Sebelum para muslim meridloi kamu, dan
Sebelum kaulaksanakan haji dan umroh....

“Aisyah Bertanya: “Ya Rasulullah.... Bagaimana aku dapat melaksanakan empat perkara seketika?”

Rasul tersenyum dan bersabda :
“Jika engkau tidur bacalah : Al Ikhlas tiga kali seakan-akan kau mengkhatamkan Al Qur’an, Membacalah sholawat untuk-Ku dan para nabi sebelum aku, maka kami semua akan memberi syafa’at di hari kiamat. Beristighfarlah untuk para muslimin maka mereka akan meredloi kamu. Dan, perbanyaklah bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir maka seakan-akan kamu telah melaksanakan ibadah haji dan umroh”

Wallahu A'lam bi Showab

Created by: Fathin (wismakalingga


Baca Selengkapnya »» »» »» »»

MENDEKATI HATIMU

· 0 komentar

MENDEKATI HATIMU
“nyai’’


Di telinga ini
secara kebetulan kita belai membelai
merapat cepat
dan terbang sejadi-jadi
desahmu perlahan berbunyi rindu
lucuti raut mimpiku

aku terpukau
hingga selengang bukit hijau kutimang
segala pohon menggelegar
semua burung jatuh terkesima

sebentar aku pergi melepaskan diri
lalu kembali

cuaca tiba-tiba berangin
udara begitu dingin
tubuhku terasa sengal
sebab udara nyaris anyir

aku berlaga, tapi tidak main-main
menghindari remang dan mencari temaram
sebab aku begitu yakin
kau adalah cahaya yang didera derita
aku pun menunggu
menunggu seperempat wajahmu untuk dicarai
lalu menyimpulkan sepenuh daya
bahwa kau adalah kejujuran
tanpa ada yang menyebut kata itu termasuk dirimu


Yogyakarta, Januari 2010



Created by: Q-WHeel (wisma kalingga r.25)
Desained by: fathin (wisma kalingga r.25)
http://www.wismakalingga.blogspot.com/


Baca Selengkapnya »» »» »» »»

SHALAT BERJAMAAH

07 Maret 2010 · 0 komentar

TENTANG SHALAT BERJAMAAH

Shalat berjamaah di masjid adalah salah satu ciri utama masyarakat Islam. Dalam banyak ayat-Nya, Allah SWT memuji kaum muslimin yang komitmen dengan shalat berjamaah dan mencela orang yang menganggap remeh persoalan ini.
Di antara pujian Allah adalah:
1. Shalat berjamaah dijadikan salah satu indikator kesuksesan orang-orang mukmin. Allah berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْ مِنُوْنََ (1) ...... وَالَّذِيْنَ هُمْ عَلَى صَلَوَ تِهِمْ يُحَافِظُوْنَ (9)
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (1)….. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya (9).” (QS. Al-Mukminun: 1 dan 9)
2. Shalat berjamaah adalah salah satu indikator masyaraakat yang bersyukur atas kemenangan yang di anugerahkan Allah kepada mereka. Allah berfirman:
الَّذِ يْنَ إِنْ مَّـــكَّـــنَّهُمْ فِى اْلاَرْضِ أَقَا مُوا الصَّلَوةَ وَءَا تَوُا الزَّ كَوةَ وَ أَ مَرُوا بِالْمَعْرُوْفِ وَ نَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ قلى وَ ِللهِ عَقِبَةُ اْلأُمُوْ رِ (41)
“(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. Al Hajj: 41)

Orang yang melalaikan dan menganggap remeh persoalan ini digambarkan oleh Allah sebagai salah satu sifat orang munafiq. Allah berfirman:
وَمَا مَــنَعَهُمْ أَنْ تُــقْبَلَ مِنْهُمْ نَــفَقَتُهُمْ إِ َّلآ أَ نَّهُمْ كَفَرُوا بِاللهِ وَبِرَسُوْلِهِ وَلاَ يَأْ تُوْنَ الصَّلَوَةَ إِ لاَّ وَهُمْ كُسَالَى وَلاَ وَلاَ يُنْفِقُوْنَ اِلاَّ وَهُمْ كَرِهُوْنَ (54)
“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan Karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.” (QS. At Taubah: 54)
Shalat jamaah adalah sunnah agung dari Rasulullah yang tidak boleh diabaikan. Jika diabaikan bias berdampak kepada kesesatan. Ibnu Mas’ud menggambarkan urgensi shalat jamaah sebagai berikut:
من سره أن يلقى الله غدا مسلما فليحا فظ على هؤلاء الصلوات حيث ينادى بهن فإن الله شرع لنبيكم صلى الله عليه وسلم سنن الهدى و إنهن من سنن الهدى ولو أنكم صليتم فى بيتكم كما يصلى هذا المختلف فى بيته لتركتم سنة نبيكم ولو تركتم سنة نبيكم لضللتم وما من رجل يتطهر فيحسن الطهور ثم يعمد ألى مسجد من هذه المساجد إلا كتب الله له بكل خطوة يخطوها حسنة ويرفعه بها درجة ويحط عنه بها سيئة ولقد رأيتنا وما يتخلف عنها إلا منافق معلوم النفاق ولقد كان الرجل يؤتى به يهادى بين الرجلين حتى يقام في الصف (صحيح مسلم)
“Barang siapa ingin berjujmpa dengan Allah di hari esok dalam keadaan muslim hendaklah dia menjaga shalat-shalat mereka secara berjamaah dimana mereka diseur. Sesungguhnya Allah mensyariatkan kepada Nabi kalian sunnah yang agung, dan shalat berjamaah adalah diantara sunnah yang aung tersebut. Andaikan kalian shalat dirumah-rumah kalian sebagaimana orang-orang yang “suka tertinggal” itu shalatnya di rumahnya, maka kalian sudah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Jika kalian sudah meninggalkan sunnah Nabi kalian, mak akalian sudah tersesat. Tidak ada seorangpun yang berwudhu dengan sempurna, lalu berangkat ke masjid, kecuali Allah menulis untuk setiap langkahnya satu kebaikan, mengangkatnya satu derajat, dan menggugurkan satu kesalahan. Aku menyaksikan komunitas kami, tidak ada yang meninggalkan shalat berjamaah kecuali munafik yang jelas kemunafikannya. Bahkan ada orang yang dating ke masjid dengan cara dibopong oleh dua orang sampai dia sampai ke shaf (sebagai bukti kesungguhan mereka melaksanakan sunnah Rasulullah)”
Dalam hadis lain disebutkan bahwa shaf yang tidak lurus saat shalat berjamaah adalah indicator tidak beresnya barisan kaum muslimin. Rasulullah SAW bersabda saat meluruskan shaf:
عن أبي مسعود قال : كان رسول الله صل الله عليه وسلم يمسح منا كبنا فى الصلاة ويقول استووا ولا تخـتـلفوا فتخــتــلف قلوبكم ليلني منكم أولو الأحلام والنهى ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم قال أبو مسعمد فأنتم اليوم أشد اختلافا (صحيح مسلم)
“Dari Ibnu Mas’ud RA berkata: Rasulullah SAW menarik pundak-pundak kami saat mulai shalat. Beliau bersabda: luruskanlah shaf dan janganlah kalian berselisih sehingga hati-hati kalian menjadi bersih. Hendaklah berdiri di belakangku orang-orang yang berilmu, kemudian orang setelahya, kemudian orang setelahnya. Ibnu Mas’ud berkata: “Kalian hari ini perselisihannya jauh lebih hebat”
Jika shaf yang tidak lurus saat shalat berjamaah menjadi salah satu indicator adanya ketidakberesan di dalam shaf kaum muslimin, apalagi meninggalkan shalat berjamaah.
Berdasarkan pemahaman yang ada dalam akan syariat islam, Al Imam Hasan Al Banna berwasiat kepada para kader dakwah untuk segera menunaikan shalat berjamaah ketika adzan sudah berkumandang.
قم إلى الصلاة متى سمعت النداء, مهما كانت الظروف
“Dirikanlah shalat kapan saja kamu mendengar adzan, bagaimanapun kondisimu.”


Baca Selengkapnya »» »» »» »»

Sekretariat MNH

Sekretariat: Ambarukmo Blok III RT 10/04 Catur Tunggal Depok Sleman Yogyakarta 55281'; contact: elnudha@yahoo.com

Motto Crew MNH

Hanyalah yg memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yg beriman kepada Allah dan hari kemudian.....maka merekalah orang-orang yg diharapkan termasuk golongan orang-orang yg mendapat petunjuk (at-Taubah 18)

MNH Sekarang

MNH Sekarang

MNH Tempo Doeloe

MNH Tempo Doeloe

Buku Tamu