
'El-Nudha' semula adalah sebuah gagasan yg dilontarkan oleh teman-teman pengurus MNH pada waktu hendak merealisasikan inisiatif utk membuat mading mushalla. Dari sebuah gagasan, akhirnya terbitlah mading dan sempat berjalan sampai bbrp periode publikasi. Waktu itu diantara temen-temen pengurus yg aktif dalam publikasi mading adalah, Anam, Ade Irma, Ade Sunda, Eris, Cucuk, Agus, Runi, Novi dll.
Sayangnya karena bbrp hal akhirnya mading ini tdk bisa bertahan lama dan hanya tinggal nama saja. Dari selentingan bbrp teman, munculah inisiatif utk menghidupkan kembali el-Nudha lewat blogging. Memang menarik utk dicermati dunia blogging ini terutama masyarakat Indonesia banyak yg sudah menggunakan media blog sebagai media untuk sharing gagasan, memberikan informasi dan lain sebagainya.
Sebelumnya, mari kita tengok kembali ttg seberapa efektifkah media mading MNH bbrp waktu yg lalu. Diantara sisi positifnya, jelaslah media ini mampu mengangkat kreatifitas para pengurus, hasilnya bisa langsung dinikmati oleh khalayak, di samping para pengurus bisa mengemukakan gagasan/idenya baik ttg mushalla maupun keislaman scr umum.
Sementara ditinjau dari kekurang-efektifannya diantaranya adalah kejenuhan para pengurus utk selalu meng-update (karena harus bongkar pasang) dan kondisi Mushalla yg memprihatinkan kadang juga membuat mading ini cepat rusak. Disamping itu dari sisi kenyamanan juga begitu kurang efektif karena pembaca harus lama2 berdiri di depan mading yg biasanya dipampang di dekat pintu Mushala, kadang juga media ini hanya jadi bahan lirikan orang2 yg lewat saja, karena barangkali agak malu-malu utk membacanya dipinggir jalan. Para pembacanya kadang juga seringkali tdk bisa memberikan komentar ttg tulisan yg dimuat.
Lalu bagaimana dng blogging?
Dari sisi kekurang efektifannya jelas ada: para pengurus lebih banyak yg masih kurang familiar dng internet. Bahkan tdk sedikit diantara kita yg tdk tahu apa itu 'email' dan bagaimana mengirim surat lewat email. Belum lagi kita mesti menyisihkan sedikit anggaran utk pergi ke warnet.
Dari kaca mata pribadi, saya kira bbrp hal di atas akan dapat diatasi dan bisa dikatakan tinggal tunggu waktu saja. Kenapa? karena meski belum banyak yg familiar dng internet namun saat ini hampir setiap kampus mewajibkan mahasiswanya mampu mengoperasikan internet. Hal ini memaksa para pengurus MNH, yg kebanyakan adalah mahasiswa, utk bersentuhan langsung dng internet. Disamping juga hampir di setiap kampus disediakan akses internet gratis.
Lalu bagaimana efektifitas blogging? Menurut hemat saya sendiri, media ini cukup efektif, terutama sebagai media dakwah, penyambung silaturahmi, dan menebar ilmu keislaman.
Dng blogging siapapun pengurus, dari generasi paling lawas sampai paling kini, dapat mengemukakan ide2 baik ttg keislaman maupun yg berkenaan dng aktivitas dan kemajuan mushalla. Melalui blogging para aktivis MNH yg sudah tdk bisa berkiprah lagi, disebabkan jarak yg tdk memungkinkan, juga dapat disatukan kembali.
Disamping adanya kemungkinan mereka masih bisa memberikan kontribusi ide utk kemajuan MNH atau berbagi wacana islamiyah, mrk juga masih bisa mengamati perkembangan kondisi MNH saat ini dng mengunjungi situs blog el-Nudha. Dng begitu, melalui blogging diharapkan tali silaturahmi antar pengurus dari periode klasik sampai zaman kini dapat terjalin terus.
Begitu pula para pengurus yg sedang diamanati utk mengurusi mushala sekarang juga dapat memberikan informasinya ttg kemajuan MNH atau sekedar berbagi wacana keislaman. Bagi para pengurus yg tdk sempat utk memposting pun masih bisa ikut andil misalnya hanya dng membaca dan memberikan komentar ttg tulisan.
Saya kira jika digali lebih dalam ttg efektitas blogging ini akan memerlukan uraian yg sangat panjang lebar. Sekalipun masih banyak yg belum familier dng dunia blogging, saya yakin utk ke depannya dunia blogging ini akan memiliki prospek yg bagus. Bahkan teman saya, salah seorang mahasiswa fakultas dakwah UIN, mengatakan juga diberikan mata kuliyah khusus ttg 'blog' disebabkan karena keefektifan media ini sebagai media dakwah.
Bagaimana komentar akhi-ukhti sekalian? ada yg mo menambahi?
Baca Selengkapnya »» »» »» »»