Kali Gajahwong

09 Maret 2010 · 0 komentar

(Kali Gajahwong)

Alkisah disebutkan, Kerajaan Mataram pernah berpusat di Kotagede, kurang lebih 7 kilo­me­ter arah tenggara kota Yogyakarta. Pada waktu itu Kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Agung yang mempunyai beriburibu prajurit, termasuk pasukan berkuda dan pasukan gajah. Kanjeng sultan juga mempunyai abdi dalemabdi dalem yang setia. Di antara abdi dalem itu terdapat seorang srati, bernama Ki Sapa Wira.Setiap pagi, gajah Sultan yang bernama Kyai Dwipangga itu selalu di­mandi­kan oleh Ki Sapa Wira di sungai di dekat Kraton Mataram. Oleh karena itu, gajah dari Negeri Siam itu selalu menurut dan ter­biasa dengan perlakuan lembut Ki Sa­pa Wira. Pada suatu hari, Ki Sapa Wira sakit bisul di ketiaknya sehingga ia tidak bisa bergerak bebas, apalagi harus beker­ja memandikan gajah. Oleh karena itu, Ki Sapa Wira menyuruh adik iparnya yang bernama Ki Kerti Pejok untuk menggantikan pekerjaannya. Sebenarnya, nama asli Ki Kerti Pejok adalah Kertiyuda. Namun kare­na terkena penyakit polio sejak lahir sehingga kalau berjalan meliuk-liuk pin­cang atau pejok menurut istilah Jawa, maka ia pun dipanggil Kerti Pejok.

“Tolong gantikan aku memandikan Kyai Dwipangga, Kerti”, kata Ki Sapa Wira.

“Baik, Kang”, jawab Ki Kerti. “Tapi ba­gai­mana jika nanti Kyai Dwipangga tidak mau berendam, Kang?” sambungnya.

“Biasanya aku tepuk kaki belakangnya, lalu aku tarik buntutnya”, jawab Ki Sapa Wira.

Pagi itu Ki Kerti sudah berangkat me­­nuju sungai bersama Ki Dwipangga. Ba­dan gajah itu dua kali lipat badan ker­bau, belalainya panjang, dan gadingnya ber­warna putih mengkilat. Ki Kerti Pejok mem­bawakan dua buah kelapa muda un­tuk makanan Ki Dwipangga agar gajah itu patuh kepadanya.

"Nih, ambillah untuk sarapan..." cele­tuk Ki Kerti sambil melemparkan sebuah kelapa muda ke arah Ki Dwipangga.

"Prak..." kelapa itu ditangkap oleh Ki Dwi­­pang­ga dengan belalainya lalu di­banting pada batu besar di pinggir jalan. Dua buah kelapa sudah terbelah, dan Ki Dwipangga memakannya dengan lahap. Belum habis kelapa yang kedua, Ki Kerti sudah menyuruh Ki Dwipangga untuk berdiri dan berjalan lagi. Dipukulnya pantat gajah itu dengan cemeti yang dibawanya.

Setibanya di sungai, Ki Kerti menyu­ruh Ki Dwipangga untuk berendam. Sesaat kemudian, Ki Kerti segera memandikan ga­jah itu. Ia menggosok-gosok tubuh ga­jah tersebut dengan daun kelapa supaya lumpur-lumpur yang melekat cepat hilang. Setelah bersih, gajah itu segera dibawa pulang oleh Ki Kerti menuju kandangnya.

"Kang, gajahnya sudah saya mandi­kan sampai bersih", lapor Ki Kerti kepada Ki Sapa Wira.

"Ya, terima kasih. Aku harap besok pa­gi kamu pergi memandikan Ki Dwi­pang­ga lagi. Setiap hari gajah itu harus dimandikan, apalagi pada saat musim kawin begini", jawab Ki Sapa Wira sambil menghisap ce­rutunya.

Keesokan harinya, pagi-pagi Ki Kerti mendatangi rumah Ki Sapa Wira un­­tuk men­­jemput Ki Dwipangga. Pagi itu langit kelihatan mendung, namun tidak ada tanda-tanda hujan akan turun. Segera Ki Kerti Pe­jok membawa Ki Dwipangga menuju su­ngai. Kali ini Ki Kerti Pejok agak kecewa ka­re­na sungai tempat memandikan gajah tersebut ke­li­hat­an dangkal. Mana mungkin dapat memandi­kan gajah jika untuk berendam pun tidak bisa, pikir Ki Kerti Pejok. Kemudian ia mem­bawa Ki Dwipangga ke arah hilir untuk mencari genangan sungai yang dalam.

"Ah, di sini kelihatannya lebih dalam. Aku akan memandikan Ki Dwipangga di sini saja. Dasar, Kanjeng Sultan orang yang aneh. Sungai sekecil ini kok digunakan un­tuk memandikan gajah", gerutu Ki Kerti Pe­jok sambil terus menggosok punggung Ki Dwipangga. Belum habis Ki Kerti Pejok meng­­gerutu, tiba-tiba banjir bandang da­tang dari arah hulu.

"Hap....Hap...Tulung...Tuluuung...", teriak Ki Kerti Pejok sambil melambai-lambaikan tangannya. Ia hanyut dan teng­gelam bersama Ki Dwipangga hingga ke Laut Selatan. Keduanya pun mati kare­na tidak ada seorang pun yang dapat me­nolongnya.

Untuk mengingat peristiwa tersebut, Sultan Agung menamakan sungai itu Kali Gajah Wong, karena kali itu telah meng­hanyutkan gajah dan wong. Sungai itu terletak di sebelah timur kota Yogyakarta. Konon, tempat Ki Kerti memandikan gajah itu saat ini bersebelahan dengan kebun binatang Gembiraloka.

dari berbagai sumber


Baca Selengkapnya »» »» »» »»

4 Perkara Sebelum Tidur

· 0 komentar

4 PERKARA SEBELUM TIDUR
( Tafsir Haqqi )

Rasulullah berpesan kepada Aisyah ra : “Ya Aisyah jangan engkau tidur sebelum melakukan empat perkara, yaitu :

Sebelum khatam Al Qur’an,
Sebelum membuat para nabi memberimu syafa’at di hari akhir,
Sebelum para muslim meridloi kamu, dan
Sebelum kaulaksanakan haji dan umroh....

“Aisyah Bertanya: “Ya Rasulullah.... Bagaimana aku dapat melaksanakan empat perkara seketika?”

Rasul tersenyum dan bersabda :
“Jika engkau tidur bacalah : Al Ikhlas tiga kali seakan-akan kau mengkhatamkan Al Qur’an, Membacalah sholawat untuk-Ku dan para nabi sebelum aku, maka kami semua akan memberi syafa’at di hari kiamat. Beristighfarlah untuk para muslimin maka mereka akan meredloi kamu. Dan, perbanyaklah bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir maka seakan-akan kamu telah melaksanakan ibadah haji dan umroh”

Wallahu A'lam bi Showab

Created by: Fathin (wismakalingga


Baca Selengkapnya »» »» »» »»

MENDEKATI HATIMU

· 0 komentar

MENDEKATI HATIMU
“nyai’’


Di telinga ini
secara kebetulan kita belai membelai
merapat cepat
dan terbang sejadi-jadi
desahmu perlahan berbunyi rindu
lucuti raut mimpiku

aku terpukau
hingga selengang bukit hijau kutimang
segala pohon menggelegar
semua burung jatuh terkesima

sebentar aku pergi melepaskan diri
lalu kembali

cuaca tiba-tiba berangin
udara begitu dingin
tubuhku terasa sengal
sebab udara nyaris anyir

aku berlaga, tapi tidak main-main
menghindari remang dan mencari temaram
sebab aku begitu yakin
kau adalah cahaya yang didera derita
aku pun menunggu
menunggu seperempat wajahmu untuk dicarai
lalu menyimpulkan sepenuh daya
bahwa kau adalah kejujuran
tanpa ada yang menyebut kata itu termasuk dirimu


Yogyakarta, Januari 2010



Created by: Q-WHeel (wisma kalingga r.25)
Desained by: fathin (wisma kalingga r.25)
http://www.wismakalingga.blogspot.com/


Baca Selengkapnya »» »» »» »»

SHALAT BERJAMAAH

07 Maret 2010 · 0 komentar

TENTANG SHALAT BERJAMAAH

Shalat berjamaah di masjid adalah salah satu ciri utama masyarakat Islam. Dalam banyak ayat-Nya, Allah SWT memuji kaum muslimin yang komitmen dengan shalat berjamaah dan mencela orang yang menganggap remeh persoalan ini.
Di antara pujian Allah adalah:
1. Shalat berjamaah dijadikan salah satu indikator kesuksesan orang-orang mukmin. Allah berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْ مِنُوْنََ (1) ...... وَالَّذِيْنَ هُمْ عَلَى صَلَوَ تِهِمْ يُحَافِظُوْنَ (9)
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (1)….. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya (9).” (QS. Al-Mukminun: 1 dan 9)
2. Shalat berjamaah adalah salah satu indikator masyaraakat yang bersyukur atas kemenangan yang di anugerahkan Allah kepada mereka. Allah berfirman:
الَّذِ يْنَ إِنْ مَّـــكَّـــنَّهُمْ فِى اْلاَرْضِ أَقَا مُوا الصَّلَوةَ وَءَا تَوُا الزَّ كَوةَ وَ أَ مَرُوا بِالْمَعْرُوْفِ وَ نَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ قلى وَ ِللهِ عَقِبَةُ اْلأُمُوْ رِ (41)
“(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. Al Hajj: 41)

Orang yang melalaikan dan menganggap remeh persoalan ini digambarkan oleh Allah sebagai salah satu sifat orang munafiq. Allah berfirman:
وَمَا مَــنَعَهُمْ أَنْ تُــقْبَلَ مِنْهُمْ نَــفَقَتُهُمْ إِ َّلآ أَ نَّهُمْ كَفَرُوا بِاللهِ وَبِرَسُوْلِهِ وَلاَ يَأْ تُوْنَ الصَّلَوَةَ إِ لاَّ وَهُمْ كُسَالَى وَلاَ وَلاَ يُنْفِقُوْنَ اِلاَّ وَهُمْ كَرِهُوْنَ (54)
“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan Karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.” (QS. At Taubah: 54)
Shalat jamaah adalah sunnah agung dari Rasulullah yang tidak boleh diabaikan. Jika diabaikan bias berdampak kepada kesesatan. Ibnu Mas’ud menggambarkan urgensi shalat jamaah sebagai berikut:
من سره أن يلقى الله غدا مسلما فليحا فظ على هؤلاء الصلوات حيث ينادى بهن فإن الله شرع لنبيكم صلى الله عليه وسلم سنن الهدى و إنهن من سنن الهدى ولو أنكم صليتم فى بيتكم كما يصلى هذا المختلف فى بيته لتركتم سنة نبيكم ولو تركتم سنة نبيكم لضللتم وما من رجل يتطهر فيحسن الطهور ثم يعمد ألى مسجد من هذه المساجد إلا كتب الله له بكل خطوة يخطوها حسنة ويرفعه بها درجة ويحط عنه بها سيئة ولقد رأيتنا وما يتخلف عنها إلا منافق معلوم النفاق ولقد كان الرجل يؤتى به يهادى بين الرجلين حتى يقام في الصف (صحيح مسلم)
“Barang siapa ingin berjujmpa dengan Allah di hari esok dalam keadaan muslim hendaklah dia menjaga shalat-shalat mereka secara berjamaah dimana mereka diseur. Sesungguhnya Allah mensyariatkan kepada Nabi kalian sunnah yang agung, dan shalat berjamaah adalah diantara sunnah yang aung tersebut. Andaikan kalian shalat dirumah-rumah kalian sebagaimana orang-orang yang “suka tertinggal” itu shalatnya di rumahnya, maka kalian sudah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Jika kalian sudah meninggalkan sunnah Nabi kalian, mak akalian sudah tersesat. Tidak ada seorangpun yang berwudhu dengan sempurna, lalu berangkat ke masjid, kecuali Allah menulis untuk setiap langkahnya satu kebaikan, mengangkatnya satu derajat, dan menggugurkan satu kesalahan. Aku menyaksikan komunitas kami, tidak ada yang meninggalkan shalat berjamaah kecuali munafik yang jelas kemunafikannya. Bahkan ada orang yang dating ke masjid dengan cara dibopong oleh dua orang sampai dia sampai ke shaf (sebagai bukti kesungguhan mereka melaksanakan sunnah Rasulullah)”
Dalam hadis lain disebutkan bahwa shaf yang tidak lurus saat shalat berjamaah adalah indicator tidak beresnya barisan kaum muslimin. Rasulullah SAW bersabda saat meluruskan shaf:
عن أبي مسعود قال : كان رسول الله صل الله عليه وسلم يمسح منا كبنا فى الصلاة ويقول استووا ولا تخـتـلفوا فتخــتــلف قلوبكم ليلني منكم أولو الأحلام والنهى ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم قال أبو مسعمد فأنتم اليوم أشد اختلافا (صحيح مسلم)
“Dari Ibnu Mas’ud RA berkata: Rasulullah SAW menarik pundak-pundak kami saat mulai shalat. Beliau bersabda: luruskanlah shaf dan janganlah kalian berselisih sehingga hati-hati kalian menjadi bersih. Hendaklah berdiri di belakangku orang-orang yang berilmu, kemudian orang setelahya, kemudian orang setelahnya. Ibnu Mas’ud berkata: “Kalian hari ini perselisihannya jauh lebih hebat”
Jika shaf yang tidak lurus saat shalat berjamaah menjadi salah satu indicator adanya ketidakberesan di dalam shaf kaum muslimin, apalagi meninggalkan shalat berjamaah.
Berdasarkan pemahaman yang ada dalam akan syariat islam, Al Imam Hasan Al Banna berwasiat kepada para kader dakwah untuk segera menunaikan shalat berjamaah ketika adzan sudah berkumandang.
قم إلى الصلاة متى سمعت النداء, مهما كانت الظروف
“Dirikanlah shalat kapan saja kamu mendengar adzan, bagaimanapun kondisimu.”


Baca Selengkapnya »» »» »» »»

Marhaban Ya Ramadhan,

25 Agustus 2009 · 8 komentar


Atas nama Elnudha Crew, kami mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1430 H bagi yang menjalankan.

Mohon maaf jika ada kesalahan, semoga ibadah yang dijalankan mendapat ridho dari Allah SWT. Amin....


Baca Selengkapnya »» »» »» »»

PERSEMBAHAN KAMI (By Elnudha Crew)

22 Agustus 2009 · 2 komentar


Kepada para sahabat yang selalu memelihara semangat dan militansi berdakwah
Kepada para sahabat yang sedang giat menunaikan amar ma’ruf nahi munkar
Kepada para sahabat yang berjuang menegakkan kebenaran dan menumbangkan kebatilan
Kepada para sahabat yang merindukan kehidupan mulia di bawah panji Quran dan sunnah
Kepada Umi dan Abi yang sedang bersungguh-sungguh mendidik putra-putrinya menjadi mujahid dan mujahidah sejati
Kepada kader dakwah yang meyakini kemenangan intikhabi adalah suatu pembuka kemenangan-kemenangan dakwah berikutnya
Kepada seluruh kader dakwah dan simpatisan serta
seluruh bangsa Indonesia

Jiwa raga ini siap kami korbankan
Kami persembahkan untuk tegaknya kalimah Allah
Di muka bumi ini.


Baca Selengkapnya »» »» »» »»

MEDAN DA’WAH ITU BERNAMA AMBARUKMO (By Guzee)

· 1 komentar

(Sebuah Refleksi Kegiatan Da’wah di Masyarakat)

Titik tolak untuk menyatukan barisan da’wah yang mampu mencapai tujuan adalah dengan tersedianya individu yang mengetahui tujuan, sekaligus cara-cara mencapai secara jelas, juga kemampuan menyesuaikan diri dengan barisan.
(Sa’is Hawwa : Fi afaqit Ta’alim)

Saudaraku, semoga Allah meridhoimu.
Konsekuensi dari keridhoan kita menjadikan Allah SWT sebagai Rabb, memilih Islam sebagai jalan hidup serta Nabi Muhammad SAW sebagai idola dan suri tauladan adalah berupaya semaksimal mungkin, sekuat tenaga dan segenap kemampuan yang ada untuk melaksanakan apa yang diperintahkan sekalipun didalam perintah tersebut terdapat kebencian, rasa berat hati dan ketidaksenangan kita, dan menjauhi segala yang dilarang-Nya sekalipun didalam larangan tersebut masih berkumpul hobby, kegemaran, selera dan kecendrungan kita.

Kombinasi yang cantik dari perpaduan dua anjuran diatas akan melahirkan prestasi dan predikat taqwa dalam setiap diri yang melaksanakannya. Gelar yang menjadi tujuan dari setiap ibadah yang ditetapkan-Nya, muara berlabuhnya setiap amal yang tercipta dari dalamnya lautan mahabbah yang terpatri dilubuk hati yang paling dalam, yang hanya mampu dirasakan oleh hati yang bening dan sentuhan lembut keimanan yang murni sebening kaca sehalus sutra.

Saudaraku, semoga Allah meninggikan izzahmu.
Rasulullah Muhammad SAW telah lama meninggalkan kita. Menanti dengan kerinduan mendalam akan generasi yang melanjutkan risalah. Da’wah sebagai warisan suci yang ditinggalkannya adalah sebaik-baik pekerjaan dan profesi yang pernah ada. Bahkan Allah mengomentari hal ini dalam banyak ayat dalam Al Qur’an bahwa siapa lagi yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru di jalan Allah dan mereka mengerjakan amal sholeh serta memproklamirkan dirinya dengan perkataan yang penuh kebanggaan, saksikanlah bahwa sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang berserah diri.

Saudaraku, semoga Allah mengikhlaskan niatmu.
Berkat taufik dan hidayah Allah SWT, terbesutlah suatu keinginan yang terpendam dan kehendak yang kuat untuk menyatukan benih-benih potensial da’wah mahasiswa guna aktivitas dalam lingkup masyarakat (baca : Ambarukmo) yang masih berada dalam lingkungan kost-kostan untuk segera menata batu bata istimewa yang masih tersebar tersebut menjadi suatu barisan yang teratur laksana sebuah bangunan yang kokoh, yang dengannya kasih sayang dan rahmat-Nya menghampiri orang-orang yang ikhlas berjuang di jalan-Nya.

Saudaraku, semoga Allah meneguhkan komitmenmu.
Adalah suatu anugrah terindah yang pernah kita raih ketika kemudian terbentuklah generasi yang dirindukan bernama EL-NUDHA (Generasi Muda Musholla Nurul Huda Ambarukmo), sebuah wajilah dan niatan suci yang terlahir dari rahim kesadaran akan pentingnya menyatukan potensi dan bakat yang ada guna melahirkan karya dan hasil yang lebih baik untuk da’wah lingkup masyarakat, yang disadari tlah terseret oleh arus modernitas dan globalisasi. Sebuah keresahan dan pemahaman akan kalimat hikmah yang mengajarkan keunggulan dari kekurangan-kekurangan dalam kebersamaan dibanding kelebihan-kelebihan dalam kesendirian (baca: infirodi)

Saudaraku, semoga Allah memantapkan cintamu.
Sejak saat kita berikrar, mulai detik itui pula azzam kita tertancap kokoh. Dengan segala kesungguhan dan penuh kesadaran untuk menjadikan wajihah ini sebagai lahan amal dan kontribusi da’wah di lingkungan sekitar kita, sebagai perwujudan dari komitmen dan bukti semangat da’wah kita yang berpadu dengan gelora jiwa muda kita. Bersatu dan berpadu membentuk irama dan getar-getar kerinduan akan terbitnya cahaya kemenangan (baca: Ambarukmo madani), akan terciptanya suasana yang merasakan indahnya kebersamaan, yang semakin lama sulit membendung lagi terungkapnya kalimat ”bahagianya hati dan indahnya hidup dalam pangkuan da’wah”


Saudaraku, semoga Allah menajamkan bashirahmu.
Kita luangkan waktu, korbankan agenda, kalahkan kemalasan, tepiskan keraguan, hilangkan ”virus kesombongan” dan segala gejolak hawa nafsu, guna menghadiri setiap syuro’ yang tlah kita sepakati. Dengan segenap keberanian, kita halau rintangan, patahkan penghalang, singkirkan aral yang melintang, tepiskan hambatan, tinggalkan rumah, kost dan kontrakan kita menuju lokasi dan tempat yang kita sepakati untuk pertemuan atau kajian ataupun agenda-agenda da’wah yang lain guna mematangkan bekal-bekal kita sebagai aktivis da’wah dalam rangka menambah kesiapan kita sebelum terjun ke medan da’wah sesungguhnya. Semoga, kita melakukan kesemua itu semata-mata mengharapkan keridhoan Ilahi Rabbi.

Saudaraku, semoga Allah meneguhkanmu dijalan-Nya.
Jalan ini jalan panjang, jauh melebihi panjangnya usia yang telah digariskan Allah atas setiap kita. Oleh karena itu, yang senantiasa sejak awal kita persiapkan adalah keikhlasan yang dengannya menjadikan setiap detik kita bermakna, kesabaran yang bersamanya kita tegar meniti jalan da’wah ini, kesungguhan yang dengannya kemalasan akan tertinggal jauh dan sulit untuk mengejar setiap langkah yang kita ayunkan. Mari luruskan niat, rapatkan barisan.

Saudaraku, semoga kita bertemu dan berpisah karena-Nya.
Mari kita mendidik seluruh potensial diri yang tlah dititipkan Allah dengan tarbiyah dzatiyah. Mentarbiyah ruhiyah kita agar senantiasa sebening kaca sehingga mudah menangkap berkas sinar hidayah-Nya dan memancar terang menerangi kegelapan, mentarbiyah fikriyah kita agar menjadi penjelas bagi segala keburaman serta mentarbiyah jasadiyah kita agar senantiasa bugar ketika yang lain berhenti karena keletihan.

Wallahu’ alam bisshowab.


Baca Selengkapnya »» »» »» »»

El-NUDHA: DARI MADING MENUJU BLOGGING (By McAnam)

21 Agustus 2009 · 3 komentar

'El-Nudha' semula adalah sebuah gagasan yg dilontarkan oleh teman-teman pengurus MNH pada waktu hendak merealisasikan inisiatif utk membuat mading mushalla. Dari sebuah gagasan, akhirnya terbitlah mading dan sempat berjalan sampai bbrp periode publikasi. Waktu itu diantara temen-temen pengurus yg aktif dalam publikasi mading adalah, Anam, Ade Irma, Ade Sunda, Eris, Cucuk, Agus, Runi, Novi dll.

Sayangnya karena bbrp hal akhirnya mading ini tdk bisa bertahan lama dan hanya tinggal nama saja. Dari selentingan bbrp teman, munculah inisiatif utk menghidupkan kembali el-Nudha lewat blogging. Memang menarik utk dicermati dunia blogging ini terutama masyarakat Indonesia banyak yg sudah menggunakan media blog sebagai media untuk sharing gagasan, memberikan informasi dan lain sebagainya.

Sebelumnya, mari kita tengok kembali ttg seberapa efektifkah media mading MNH bbrp waktu yg lalu. Diantara sisi positifnya, jelaslah media ini mampu mengangkat kreatifitas para pengurus, hasilnya bisa langsung dinikmati oleh khalayak, di samping para pengurus bisa mengemukakan gagasan/idenya baik ttg mushalla maupun keislaman scr umum.

Sementara ditinjau dari kekurang-efektifannya diantaranya adalah kejenuhan para pengurus utk selalu meng-update (karena harus bongkar pasang) dan kondisi Mushalla yg memprihatinkan kadang juga membuat mading ini cepat rusak. Disamping itu dari sisi kenyamanan juga begitu kurang efektif karena pembaca harus lama2 berdiri di depan mading yg biasanya dipampang di dekat pintu Mushala, kadang juga media ini hanya jadi bahan lirikan orang2 yg lewat saja, karena barangkali agak malu-malu utk membacanya dipinggir jalan. Para pembacanya kadang juga seringkali tdk bisa memberikan komentar ttg tulisan yg dimuat.

Lalu bagaimana dng blogging?

Dari sisi kekurang efektifannya jelas ada: para pengurus lebih banyak yg masih kurang familiar dng internet. Bahkan tdk sedikit diantara kita yg tdk tahu apa itu 'email' dan bagaimana mengirim surat lewat email. Belum lagi kita mesti menyisihkan sedikit anggaran utk pergi ke warnet.

Dari kaca mata pribadi, saya kira bbrp hal di atas akan dapat diatasi dan bisa dikatakan tinggal tunggu waktu saja. Kenapa? karena meski belum banyak yg familiar dng internet namun saat ini hampir setiap kampus mewajibkan mahasiswanya mampu mengoperasikan internet. Hal ini memaksa para pengurus MNH, yg kebanyakan adalah mahasiswa, utk bersentuhan langsung dng internet. Disamping juga hampir di setiap kampus disediakan akses internet gratis.

Lalu bagaimana efektifitas blogging? Menurut hemat saya sendiri, media ini cukup efektif, terutama sebagai media dakwah, penyambung silaturahmi, dan menebar ilmu keislaman.

Dng blogging siapapun pengurus, dari generasi paling lawas sampai paling kini, dapat mengemukakan ide2 baik ttg keislaman maupun yg berkenaan dng aktivitas dan kemajuan mushalla. Melalui blogging para aktivis MNH yg sudah tdk bisa berkiprah lagi, disebabkan jarak yg tdk memungkinkan, juga dapat disatukan kembali.

Disamping adanya kemungkinan mereka masih bisa memberikan kontribusi ide utk kemajuan MNH atau berbagi wacana islamiyah, mrk juga masih bisa mengamati perkembangan kondisi MNH saat ini dng mengunjungi situs blog el-Nudha. Dng begitu, melalui blogging diharapkan tali silaturahmi antar pengurus dari periode klasik sampai zaman kini dapat terjalin terus.

Begitu pula para pengurus yg sedang diamanati utk mengurusi mushala sekarang juga dapat memberikan informasinya ttg kemajuan MNH atau sekedar berbagi wacana keislaman. Bagi para pengurus yg tdk sempat utk memposting pun masih bisa ikut andil misalnya hanya dng membaca dan memberikan komentar ttg tulisan.

Saya kira jika digali lebih dalam ttg efektitas blogging ini akan memerlukan uraian yg sangat panjang lebar. Sekalipun masih banyak yg belum familier dng dunia blogging, saya yakin utk ke depannya dunia blogging ini akan memiliki prospek yg bagus. Bahkan teman saya, salah seorang mahasiswa fakultas dakwah UIN, mengatakan juga diberikan mata kuliyah khusus ttg 'blog' disebabkan karena keefektifan media ini sebagai media dakwah.

Bagaimana komentar akhi-ukhti sekalian? ada yg mo menambahi?


Baca Selengkapnya »» »» »» »»

Foto-foto MNH lama dan baru

22 Agustus 2008 · 0 komentar

maaf belum dibuat..... tunggu beberapa saat lagi....


Baca Selengkapnya »» »» »» »»

MENDESAIN PROGRAM ANTI VIRUS KORUPSI (By M. Mufid) Bag.2

24 April 2008 · 0 komentar

* Penulis adalah mantan ketua MNH periode...?

Nyatakan Jihad Melawan Korupsi

Jihad secara bahasa bermakna 'mencurahkan segala kemampuan' (Al Munawwir, 1984). Secara istilah, jihad ialah mencurahkan segala potensi yang dimiliki untuk menegakkan agama Allah SWT (Yunahar Ilyas, 2006). Dalam konteks saat ini, seharusnya istilah 'mati syahid' bukan hanya diberikan pada mereka yang berjihad melalui medan pertempuran, tetapi diperuntukkan juga bagi para pejuang yang memiliki komitmen tinggi untuk memberantas korupsi. Hal ini sangatlah penting diperhatikan, mengingat dampak korupsi yang begitu dahsyat dan melebihi kerugian di medan pertempuran secara fisik. Lebih dari itu, korupsi berimbas pada demoralisasi, dehumanisasi, dekonstruksi agama, kemiskinan dan lumpuhnya sistem hukum/peradilan.

Urgensi perang melawan korupsi didasarkan atas semangat doktrin agama yang mengutuk segala bentuk korupsi. Ketika program virus anti korupsi yang didesain pemerintah, seperti lembaga/undang-undang maupun inpres dibuat lumpuh oleh ganasnya zombie korupsi, maka saat itulah momentum yang tepat untuk mengikrarkan bersama bahwa korupsi adalah common enemi (musuh bersama) yang harus diberantas bersama melalui langkah konkret berupa perang suci (holy war).

Pertanyaan kemudian, bagaimana cara berjihad melawan korupsi? Rasulullah SAW telah memberikan sinyalemen kepada kita tentang pentingnya 'jihad akbar' melawan hawa nafsu. Hal ini berawal dari pernyataan langsung ketika Nabi SAW bersama para sahabatnya yang baru pulang meraih kemenangan pada salah satu pertempuran di medan perang: "kita kembali dari jihad terkecil menuju jihad terbesar, yakni jihad melawan hawa nafsu".

Pernyataan Nabi SAW di atas, mengindikasikan bahwa hawa nafsu yang liar lebih berbahaya dibandingkan perang secara fisik. Bahkan, piranti peperangan, seperti pesawat tempur, senjata pemusnah massal, bom, rudal, tank, senapan maupun granat yang dapat menewaskan ratusan, bahkan ribuan manusia dengan hitungan detik, masih dikategorikan 'jihad kecil'. Begitu beratnya berjihad mengendalikan hawa nafsu, sampai-sampai Rasulullah SAW sebagai pemimpin revolusi sejati mewasiatkan agar setiap manusia berhati-hati mengontrol hawa nafsu. Hawa nafsu yang melekat pada setiap orang jika tidak dapat dikontrol dengan baik, akan membawa sifat negatif (egois, rakus, haus akan harta, pangkat dan jabatan) yang berujung pada usaha serba instan dan dilarang agama berupa korupsi, yang bahaya jauh lebih besar dari pada pertempuran di medan laga.

Desain Program Anti Virus Korupsi

Dalam konteks perang suci atau jihad melawan korupsi melalui manajemen hawa nafsu tercermin dalam usaha konkret membentengi diri dengan sikap antikorupsi, yang terdiri dari empat aspek, yakni amanah, shiddiq, adil dan taqwa. Amanah berarti ‘dapat dipercaya’.
1) Amanah seakar dengan kata iman, karena lahir dari kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang maka semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya (Yunahar Ilyas, 2006). Jika iman seseorang lemah dan memegang jabatan strategis, berhati-hatilah, dia rawan terperosok pada lembah korupsi.
2) Shiddiq berarti ‘benar,’ ‘sah,’ ‘tetap’ dan nyata’ (Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhor,2003). Sikap shiddiq meliputi benar hati, perkataan dan perbuatan. Lawan dari shiddiq ialah khianat. Khianat termasuk bibit korupsi karena terdapat unsur distorsi (pemutarbalikan fakta). Hal ini sangat jelas dilarang oleh Allah SWT sebagaimana yang diterangkan dalam QS. Al Anfal 27 di atas. Akhir-akhir ini, sikap shiddiq semakin jarang ditemukan, dengan indikasi semakin banyaknya tindak manipulasi laporan maupun mark up dana.
3) Adil berarti ‘sikap tengah-tengah' (Al Munawwir, 1984). Seorang muslim harus mampu menempatkan sesuatu dengan prinsip keseimbangan (‘adl) sesuai dengan hak dan kewajiban. Implikasi dari sifat adil ini akan terlihat dalam aktifitas sehari-hari, misalnya tidak mau menghambil sesuatu melebihi haknya dan tidak mau merugikan orang lain. Sikap inilah yang mampu menghindarkan dari perilaku korupsi karena korupsi pada dasarnya merupakan bentuk tindakan yang merampas hak-hak orang lain untuk kepentingan pribadi/golongan.
4) Taqwa secara bahasa berarti ‘takut,’ ‘berhati-hati’ dan ‘waspada,’ sedangkan menurut istilah taqwa bermakna penjagaan diri dari sesuatu yang tidak baik (Muhammad Azhar, 2004). Taqwa berfungsi sebagai pelindung bagi seseorang agar tidak melakukan tindakan korupsi dengan melalui analisis indikator taqwa, yaitu menjalankan segala perintah Allah swt. dan menjauhi segala larangan Allah swt.

Keempat program virus anti korupsi ini harus mampu diinternalisasikan dalam setiap individu, dimulai dari hal yang sederhana. Misalnya, memegang teguh janji, menjaga barang titipan, memberikan keterangan secara transparan, tidak mencontek, guru/dosen memulai dan mengakhiri pelajaran sesuai dengan jadwal, tidak memanipulasi data laporan keuangan, memberikan uang saku kepada anak dengan adil tanpa sifat pilih kasih, tidak mengurangi barang dagangan di timbangan, dan lain sebagainya.

Selain itu, desain program anti virus korupsi tersebut perlu didukung dengan sikap zuhud dan wara’ yang pernah dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Khattab. Misalnya, pada suatu waktu beliau menjadi khatib jum’at dan datang terlambat. Kemudian beliau bergegas datang dan memakai jubah tambalan yang tidak kurang dari 21 tambalan, sedang di dalamnya kemeja yang masih basah karena baru dicuci. ”Maaf saya terlambat karena kemeja ini,” ucapnya kepada hadirin, ”Saya harus menunggu kering, karena saya tidak memiliki kemeja lainnya”. Di lain waktu, beliau juga terbiasa menggiring sendiri unta-unta baitul maal dari kandangnya ke padang gembala dan sebaliknya, lantaran begitu khawatir akan hilangnya harta rakyat tersebut (Zainal Arifin Thoha, 2004).

Suatu ketika, harta rampasan perang (ghonimah) yang melimpah tiba di Madinah. Hafshah, putri Umar bin Khattab dan janda Rasulullah mendekati sang ayah dan berbisik. "Aku kerabat terdekat ayah dan karenanya aku datang ke sini untuk meminta bagianku dari harta rampasan perang ini". Khalifah Umar menjawab, "Anakku, harta rampasan ini milik negara. Bagianmu ada pada harta kekayaanku, bukan pada harta rampasan perang. Tolong jangan mencoba membohongi ayah lagi". Kedua pipi Hafshah memerah menahan malu mendengar jawaban halus sang ayah. Lalu ia pun mundur teratur dari kerumunan massa. (Muhammad Azhar, 2004).

Masih banyak kisah teladan lain yang dapat dijadikan referensi dan spirit untuk mencegah tindakan korupsi. Melalui penanaman sikap tersebut, tanpa sadar kita telah berusaha memanage hawa nafsu, dan lambat laun akan berkembang sebagai antibodi yang berfungsi sebagai instrumen untuk menganalisis perilaku anti korupsi dan menolak segala bentuk korupsi dalam konteks yang lebih luas. Tentunya, desain program anti virus korupsi yang menitikberatkan pada managemen hawa nafsu adalah salah satu metode dari sekian banyak metode yang sudah ada. Artinya, harus didukung dengan perangkat lain, seperti hukum, agama, undang-undang, inpres maupun partisipasi masyarakat.
Ikhtitam

Para pembaca yang budiman, marilah bersama-sama niatkan diri untuk berjihad melawan korupsi dengan mengakses gratis program anti virus korupsi mulai sekarang juga. Semoga Allah SWT memihak kepada kita yang berjihad menegakkan agama-Nya. Dengan segala keterbatasan penulis, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga bermanfaat.
Wallau'alam bishshowab.


Baca Selengkapnya »» »» »» »»

Sekretariat MNH

Sekretariat: Ambarukmo Blok III RT 10/04 Catur Tunggal Depok Sleman Yogyakarta 55281'; contact: elnudha@yahoo.com

Motto Crew MNH

Hanyalah yg memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yg beriman kepada Allah dan hari kemudian.....maka merekalah orang-orang yg diharapkan termasuk golongan orang-orang yg mendapat petunjuk (at-Taubah 18)

MNH Sekarang

MNH Sekarang

MNH Tempo Doeloe

MNH Tempo Doeloe

Buku Tamu